Minggu, 12 Juni 2011

makalah sosiologi

MAKALAH
HUBUNGAN INTERAKSI ANTARA GURU DENGAN SISWA UNTUK MEMOTIVASI SISWA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosio-Antropologi Pendidikan
Dosen pengampu :
Prof. Dr. Farida Hanum M.Si


Disusun oleh :
Tri Adi Yatma           (09101244012)

MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN     ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. …....1
            A. Latar Belakang       ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ……1
            B. Permasalahan          ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ……2
BAB II PEMBAHASAN      ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ……6
A. Pengertian Motivasi           ……………………………………………………………..6
B. Jenis Motivasi         ……………………………………………………………………..8
C. Proses Motivasi      ….. ….. ….. …… ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….9
D. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Motif  Berprestasi    …. ….. ….. ….. ….. ….. ...10
BAB III PENUTUP   ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ....12
            A. Kesimpulan            ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. …..12
            B. Saran          ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ……...13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Dewasa  ini kita semua menerima pendapat bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ia selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga kepribadian individu, kecakapan-kecakapannya, ciri-ciri kegiatannya baru menjadi kepribadian individu yang sebenar-benarnya apabila keseluruhan system psycho-psysik tersebut berhubungan dengan lingkungan. Tegasnya individu memerlukan hubungan dengan lingkungannya; tanpa hubungan ini individu bukanlah individu lagi.
Manusia semenjak lahir sudah mengenal interaksi, dimana proses tumbuh dan berkembangnya melalui proses interaksi yang mereka kembangkan. Oleh sebab itu banyak ahli sosilogi mengatakan bahwa proses sosial manusia teraletak pada interaksi. Setelah manusia mampu mengembangkan proses sosialnya kemudian akan timbul suatu norma. Norma tersebut antara lain adalah norma sosial, norma keluarga, norma agama (Judistira Ghrama, 1991:4). Norma-norma tadi sebenarnya dapat digeneralisasikan hampir sama pada setiap masyarakat manusia. Hanya yang membedakan adalah nilai-nilai yang melekat. Pada norma tersebut (Soedjatmoko, 1973:30). Pokok utama pengenalan norma tadi kebanyakan melalui inteaksi sosial. Sebagai contoh kongkrit tentang norma; seseorang dapat dikategorikan berhasil dalam pendidikan formal apabila telah memenuhi tuntutan norma yang melekat. Norma tersebut antara lain lulus ujian pada tingkat tertentu, atau pada jenjang pendidikkan tertentu yang dituntutnya.
            Tidaklah dapat dipungkiri bahwa manusia itu merupakan makhluk sosial, sehingga dalam hidup dan kehidupannya selalu berhubungan dengan manusia yang lain. Hubungan antar manusia itu dapat terjadi dalam berbagai bentuk, dapat satu manusia berhubungan dengan satu manusia yang lain, satu manusia dengan kelompok manusia yang lain atau kelompok manusia dengan kelompok manusia yang lain. Hubungan antar manusiapun dapat didasarkan pada berbagai kepentingan , misalnya hubungan antar para pedagang, hubungan antar anggota dalam masyarakat , hubungan antar organisasi sosial, hubungan antara orang tua dengan murid, hubungan antar pimpinan dengan bawahan pada perusahaan, hubungan antara guru dengan murid, dan lain lain. Hubungan hubungan yang terjadi diatas hanyalah contoh yang amat sangat sedikit yang terjadi di muka bumi ini. Hubungan dapat menjadi amat baik, baik, atau memburuk, atau dapat pula menjadi buruk sekali. Tujuan dari berbagai hubungan diatas atau hubungan hubungan yang lain yang terjadi di kehidupan manusia bertujuan tidak lain adalah untuk menunjang atau memudahkan pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan atau disepakati. Salah satu tujuan pendidikan misalnya untuk meningkatkan kecerdasan manusia atau siswa. Lebih dipersempit lagi tujuan pendidikan dapat berujud meningkatkan prestasi belajar siswa, dan dapat dioperasionalkan lagi, misalnya menjadi meningkatkan nilai ujian nasional .

B. Permasalah
            Motivasi belajar siswa ternyata menjadi salah satu factor penentu dalam keberhasilan siswa menyelesaikan belajarnya di suatu sekolah . Motivasi belajar ini ternyata dapat tumbuh secara alamiah dari diri  dalam siswa itu sendiri, atau juga dapat didorong tumbuhnya oleh pihak luar, misalnya oleh hubungan yang baik antara guru dan siswa, adanya kompetisi yang tinggi antar teman dalam satu sekolah dalam mencapai prestasi belajar, dorongan orang tua atau saudara dalam satu keluarga dan lain lain. Menurut  (Sardiman ,2010 halaman 84-86).
            Hasil belajar akan menjadi optimal , kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan , akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan  intensitas usaha belajar bagi para siswa. Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Seperti halnya seorang siswa yang ingin memperoleh rangking atau prestasi, dia haruslah bekerja keras dengan cara belajar yang tekun untuk mendapatkan tujuan tersebut. Dengan demikian motivasi mempengaruhi adanya kegiatan.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi :
1.      Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy. Motivasi dalam hal ini merupakan  motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.      Menentukan  arah perbuatan , yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.      Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Di samping itu, ada juga fungsi fungsi lain. Motivasi dapat juga berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar.

Menurut ( Sardiman, 2004 halaman 147-150) Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, banyak dipengaruhi komponen komponen belajar mengajar. Sebagai contoh bagaimana cara mengorganisasikan materi, metode yang diterapkan , media yang digunakan, dan lain lain. Tetapi di samping komponen komponen pokok yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, ada factor lain yang ikut memengaruhi keberhasilan belajar siswa, yaitu soal hubungan antara guru dan siswa. Hubungan antara guru dengan siswa siswa didik di dalam proses belajar mengajar merupakan factor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan , bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan guru dan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan.

Dalam hubungan ini, salah satu cara untuk mengatasinya adalah melalui contact-hours di dalam hubungan guru-siswa. Contact-hours atau jam jam bertemu antara guru dan siswa, pada hakikatnya merupakan kegiatan di luar jam jam presentasi di muka kelas seperti biasanya. Untuk tingkat perguruan tinggi peranan contact-hours ini sangat penting sekali. Perlu digaris bawahi bahwa kegiatan belajar mengajar , tidak hanya melalui presentasi atau sistem kuliah di depan kelas. Bahkan sementara dikatakan metode dengan kuliah ( presentasi) tidaklah dianggap sebagai satu satunya proses belajar yang efisien bila ditinjau baik dari segi pengembangan sikap dan pikiran intelektual yang kritis dan kreatif.
Dengan demikian bentuk bentuk kegiatan belajar selain melalui pengajaran  di depan kelas, perlu diperhatiakan bentuk bentuk kegiatan belajar mengajar yang lain. Cara cara atau bentuk bentuk yang lain itu antara lain dapat melalui contact-hours tadi. Dalam saat saat semacam itu dapat dikembangkan komunikasi dua arah. Guru dapat menanyai  dan mengungkap  keadaan siswa dan sebaliknya siswa mengajukan berbagai persoalan persoalan dan hambatan yang sedang dihadapi. Terjadilah suatu proses interaksi dan komunikasi yang humanistic. Hal ini jelas akan sangat membantu keberhasilan studi para siswa. Berhasil dalam arti tidak sekedar tahu atau mendapatkan nilai baik dalam ujian, tetapi akan menyentuh pada soal sikap mental dan tingkah laku atau hal hal yang intrinsic.
Namun demikian harus diakui bahwa kegiatan informal semacam ini belum banyak dikembangkan . Di samping itu perlu juga diingat adanya hambatan hambatan tertentu. Misalnya kadang kadang masih adanya sikap otoriter dari guru, sikap tertutup dari guru, siswa yang pasif, jumlah siswa yang terlalu banyak, sistem pendidikan, keadaan dan latar belakang guru sendiri maupun para siswanya. Untuk mengatasi hal ini semua perlu dikembangkan sikap demokratis dan terbuka dari para  guru ada keaktifan dari pihak siswa dan guru harus bersifat ramah sebaliknya siswa harus bersifat sopan, saling hormat dan menghormati, guru lebih bersifat manusiawi, rasio guru dan siswa yang lebih proporsional, masing masing pihak bila perlu mengetahui latar belakang baik guru maupun siswanya. Apabila hal tersebut dapat terpenuhi, maka akan terciptalah suatu komunikasi yang selaras antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar .
Bagaimana sebenarnya pengertian belajar atau cara memperbaiki hasil belajar siswa sehingga siswa menjadi dapat berprestasi. Menurut  ( Sumadi Suryabrata, 1973 ) pengertian secara psikologi , belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Disamping itu pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut , belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Faktor factor yang mempengaruhi prestasi belajar (Abu Ahmadi, 2003 halama 138 ). Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai factor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (factor internal) maupun dari luar diri (factor eksternal) individu. Pengenalan terhadap factor factor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik baiknya.
Yang tergolong factor internal adalah :
1.      Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk factor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
2.      Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas :
a. Faktor intelektif  yang  meliputi :
- Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
- Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
b.   Faktor  non intelektif, yaitu unsur unsure kepribadian tertentu seperti: sikap; kebiasaan; minat; kebutuhan; motivasi; emosi; dan penyesuain diri
3. Faktor kematangan fisik maupun psikis
Yang tergolong factor eksternal,  adalah :
1.      Faktor  sosial yang terdiri atas :
a)      Lingkungan keluarga
b)      Lingkungan sekolah
c)      Lingkungan masyarakat
d)      Lingkungan kelompok
2. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian
3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim
4. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. Faktor factor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi
Motivasi  adalah pendorong yang ampuh bagi siapapun  untuk berbuat sesuatu , dapat bersifat positif maupun negative. Seseorang yang sudah termotivasi maka dia akan dapat berbuat banyak untuk hidupnya dengan melakukan kegiatan kagiatan yang menunjang tercapainya tujuan yang sudah ditentukan. Motivasi menjadikan seseorang semangat, tidak mudah capek, tekun, telaten, ingin mencapai prestasi terbaik, selalu mencoba membangun hubungan yang baik dengan berbagai pihak sehingga tujuannya dapat tercapai. Kalau motivasi itu sudah terbangun secara kukuh dalam jiwa seorang siswa maka dapat piprediksikan bahwa prestasi belajarnya juga akan meningkat.
Motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. Seberat apapun suatu proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa, bila motivasi belajar  sudah tumbuh subur dalam ruh atau jiwanya maka hal tersebut pasti akan ditempuh. Kalau sudah seperti ini dapat dipastikan prestasi atau hasil belajar yang diperoleh siswa akan maksimum. Motivasi belajar yang setinggi ini tidaklah lahir dengan sendirinya, tapi melalui tahapan proses yang sangat panjang dan melelahkan dengan melibatkan banyak komponen dalam suatu sistem pendidikan. Komponen tersebut antara lain adalah adanya  hubungan yang baik antara guru dengan murid, baik selama proses belajar mengajar di dalam kelas maupun melalui contact hours atau  jam jam bertemu di luar kelas atau di luar jam jam presentasi. Dalam jam jam bertemu ini guru dapat menyampaikan banyak hal, misalnya tentang pelajaran yang disampaikan, melatih mengerjakan banyak soal, mengadakan evaluasi tentang pencapain tujuan pembelajaran. Sementara siswa dapat menanyakan banyak hal tentang kesulitan kesulitan belajarnya, menyelesaikan latihan latihan soal, atau menanyakan topik topik pelajaran yang belum jelas atau malah tidak jelas sama sekali. Jadi kesimpulannya hubungan yang baik antara guru dengan murid dapat memotivasi belajar siswa, yang pada akhirnya dapat menghasilkan  prestasi belajar siswa yang tinggi.
Salah satu cara untuk menumbuhkan hubungan yang baik antara guru dengan siswa secara informal ini adalah menumbuhkan proses interaksi dan komunikasi yang humanistic. Dalam hubungan ini diperlukan kesiapan untuk mengubah perilaku perilaku lama yang cenderung  otoriter, kaku, merasa benar sendiri, tertutup, mahal senyum  dari guru. Untuk  mengatasi masalah ini perlu dikembangkan sikap terbuka dan demokratis dari para guru.  
Sementara itu  harus ada keaktifan  dari  pihak siswa dan guru harus bersifat ramah . Siswa juga harus bersifat sopan, saling hormat menghormati, guru lebih bersifat manusiawi, rasio guru dan siswa yang lebih proporsional, masing-masing pihak bila perlu mengetahui latar belakang baik guru maupun siswa. Komunikasi yang selaras antara guru dengan murid  dalam proses belajar mengajar memang memerlukan beberapa persyaratan yang seyogyanya diperhatikan. Persyaratan tersebut adalah diperlukan dedikasi yang penuh dikalangan guru yang disertai dengan kesadaran akan fungsinya sebagai pamong bagi anak didiknya atau siswanya.Tanpa adanya rasa dedikasi yang tinggi dari guru untuk mengabdi pada kepentingan calon calon  pemimpin bangsa ini mustahil sebuah prestasi gemilang akan dapat dicapai. Dedikasi yang tinggi memerlukan kekuatan hati yang bening, tujuan yang mulia dan tinggi dari seorang guru, tanpa harus pamrih dengan kebutuhan duniawi yang terus akan menggelincirkan hati dalam fitnah zaman yang seperti sekarang ini.
Menciptakan hubungan yang baik antara antara sesama staf pengajar dan pimpinan, sehingga mencerminkan pula hubungan yang baik antara guru dengan siswa. Staf menjadi salah satu sistem yang sangat penting dalam mendukung proses belajar mengajar di sekolah, sebab bagian inilah yang menfasilitasi proses pendidikan di sekolah secara langsung mulai dari fasilitas fisik maupun penyediaan sumber daya manusianya.Fasilitas fisik yang dimaksud dapat berupa ruangan ruangan kelas untuk belajar siswa maupun guru beserta kelengkapannya, serta seluruh lingkungan hidup maupun tidak hidup yang ada di sekolah.Faktor lingkungan spiritual, keamanan, kebersihan lingkungan, fasilitas belajar, fasilitas di rumah, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata menjadi faktor penentu yang tidak dapat dilepas dari peningkatan prestasi belajar siswa. Semuanya terkait sangat lekat satu dengan yang lainnya tanpa dapat dilepaskan sedikitpun.Berproses secara sinergi sejalan dengan proses belajar mengajar antara guru dengan siswanya . Sistem pendidikan dan kurikulum yang bagus, adanya fasilitas ruangan yang memadai bagi para guru untuk mencukupi kebutuhan tempat bertamu antara guru dan siswa juga menjadi factor penentu dalam membentuk prestasi belajar siswa yang tinggi. Rasio guru dan siswa yang rasional, sehingga guru dapat melakukan pendidikan dan hubungan secara baik, juga menentukan tingginya prestasi  belajar siswanya. Guru menjadi tidak terlalu lelah untuk melayani kebutuhan para siswanya, dan siswa tidak perlu menunggu teralu lama jika ada hal hal yang harus diselesaikan dengan gurunya. Kedisiplinan antara guru dan siswa juga dapat dipantau dengan mudah dan cepat dalam melaksanakan proses belajar mengajar oleh komponen penjamin mutu di sekolah ini.Hal ini sangat penting karena dapat menciptakan atmosphere akademik bagi seluruh guru dan muridnya.
Perlunya kesejahteraan guru yang memadai sehingga guru tidak terpaksa harus mencari hasil sampingan.Guru dapat memusatkan pikiran dan hatinya di sekolah ini karena kesejahteraan yang diterimanya relative cukup baik untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi diri dan keluarganya.Guru tidak perlu mencari hasil sampingan di tempat lain yang pada akhirnya dapat mengganggu konsentrasi mengajarnya, yang kemudian dapat menurunkan prestasi belajar siswa.Menjadi tugas komite sekolah dan para pembuat keputusan di sekolah ini, sehingga kesejahteraan guru terus dapat ditingkatkan sesuai dengan tuntutan zaman dan keilmuan.  Bila interaksi dan komunikasi yang humanistic antara guru dengan murid ini sudah terbentuk maka prestasi belajar siswa juga akan terbentuk menjadi lebih baik. Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai factor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari luar diri individu.
B.Jenis Motivasi
Woolfolk (1995) menggolongkan motivasi ke dalam dua bagian yaitu motivasi intrinsik yang berasal dari faktor minat atau ketertarikan, serta motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Instrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri, misalnya siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada penghayatan kebutuhan dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan itu. Namun sekarang kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, selain belajar. Biasanya kegiatan belajar disertai dengan minat dan perasaan senang.
W.S. Winkel (1991) mengatakan bahwa : “Motivasi Intrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri subyek yang belajar”. Namun terbentuknya motivasi intrinsic biasanya orang lain juga memegang peran, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak akan kaitan antara belajar dan menjadi orang yang berpengetahuan. Biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, pengaruh dari pendidik telah ikut menanamkan kesadaran.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau belajar. Winkel (1991) mengatakan “Motivasi Ekstrinsik, aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri”.
Perlu ditekankan bahwa dorongan atau daya penggerak ialah belajar, bersumber pada penghayatan atas suatu kebutuhan, tetapi kebutuhan itu sebenarnya dapat dipengaruhi dengan kegiatan lain, tidak harus melalui kegiatan belajar. Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu
kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, walaupun orang lain memegang peran dalam menimbulkan motivasi itu, yang khas dalam motivasi ekstrisik bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya hanya
dapat dipenuhi dengan cara lain. Berdasarkan uraian di atas maka motivasi belajar esktrinsik dapat digolongkan antara lain : belajar demi memenuhi kewajiban, belajar demi menghindari hukuman, belajar demi memperoleh hadiah materi yang dijanjikan, belajar demi meningkatkan
gengsi social, atau belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting (guru dan orang tua). Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administrasi.
C. Proses Motivasi
Pada umumnya tingkah laku diarahkan pada suatu tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan indivdu. Proses motivasi sebagai pengarah tingkah laku dapat dikatakan sebagai suatu siklus dan merupakan suatu system yang terdiri dari tiga elemen. Ketiga elemen tersebut adalah: kebutuhan (needs), dorongan (drives), dan tujuan (goal). Luthans (1981:150) mengemukakan ketiga elemen tersebut sebagai berikut:
a. Kebutuhan (needs)
Kebutuhan merupakan suatu kekurangan/deficiency . dalam pengertian keseimbangan, kebutuhan tercipta apabila tejradi ketidakseimbangan yang bersifat fisiologis atau psikologis.
b. Dorongan (drives)
Suatu dorongan didefinisikan secara sederhana sebagai suatu kekurangan disertai pengarahan. Menurut Hull’s dorongan berorientasi pada tindakan untuk mencapai tujuan.
c. Tujuan (goals)
Suatu tujuan dari siklus motivasi adalah segala sesuatu yang akan meredakan suatu kebutuhan dan akan mengurangi dorongan. Jadi pencapaian suatu tujuan cenderung akan memulihkan keseimbangan yang bersifat fisiologis dan psikologis.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motif Berprestasi
Mc Clelland (1953) mengungkapkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi motif berprestasi, meliputi:
a. Faktor Individual
Dalam hal ini, faktor individual yang dimaksud terutama adalah factor intelegensi dan faktor penilaian individu tentang dirinya. Intelegensi merupakan kecakapan yang bersifat potensial yang dimiliki seseorang dan merupakan salah satu unsur penting dalam proses pemecahan masalah yang dilakukan individu. Apabila individu mempunyai taraf intelegensi diatas rata-rata maka kemungkinan motif berprestasinya tinggi dan apabila individu mempunyai taraf intelegensi di bawah rata-rata maka kemungkinan taraf motif berprestasinya rendah. Taraf kecerdasan (intelegensi) yang dimiliki indviidu juga akan turut menentukan atau mempengaruhi prestasi yang dicapainya. Faktor lainnya adalah penilaian individu mengenai dirinya sendiri. Misalnya mengenai kondisi fisik, kemampuan melakukan suatu tugas atau apa yang dirasakannya. Hal ini sejalan dengan pendapat DeCecco & Crawford (1977), bahwa dalam membicarakan motivasi tidak dapat dilepaskan dari faktor kepribadian individu seperti sikap dan nilai-nilai yang ada dalam dirinya.
b. Faktor Lingkungan
Maksud dari faktor lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada diluar diri individu, yang turut mempengaruhi motif berprestasinya.
Faktor lingkungan ini dibagi menjadi 3, yaitu :
1) Lingkungan Keluarga
Relasi yang kurang harmonis dalam keluarga dapat menimbulkan gangguan-gangguan emosional pada anggota keluarga, termasuk anak sebagai anggota sebuah keluarga. Gangguan emosional seringkali berupa bentuk-bentuk ketegangan atau konflik yang dirasakan dalam diri individu. Keadaan seperti ini akan menyebabkan berkurangnya fungsi perhatian individu sehingga daya konsentrasi dalam menghadapi tugas-tugas yang menuntut kemampuannya menurun. Akibatnya,
sekalipun mahasiswa mempunyai tingkat intelegensi tinggi namun bila ia mengalami gangguan emosional maka motif berprestasinya akan cenderung rendah. Sebaliknya, bila relasi dalam keluarga berlangsung harmonis dan dapat memberikan rasa aman, maka individu akan
merasa bebas untuk bereksplorasi dan mengekspresikan diri. Individu yang diberi kesempatan untuk mengekpresikan diri dan ternyata berhasil, maka ia akan merasa tertantang untuk meraih prestasi yang lebih baik lagi. Bila mengalami kegagalan, ia tidak akan menyalahkan lingkungan karena ia menyadari bahwa kegagalan tersebut disebabkan oleh kurangnya usaha dalam mencapai prestasi yang diinginkan.
2) Lingkungan Sosial
Merupakan lingkungan sekitar tempat individu hidup dan bergaul sehari-hari. Lingkungan sekitar yang banyak memberikan rangsangan akan membantu meningkatkan rasa ingin tahu individu sehingga akan mengembangkan dan meningkatkan motif berprestasinya. Disamping
itu, lingkungan sekitar yang memberikan kesempatan pada individu untuk dapat lebih mengekspresikan kemampuannya, akan membuat individu lebih percaya diri, sehingga meskipun mengalami kegagalan, ia akan terdorong untuk mengatasinya dan berusaha lebih baik lagi.
3) Lingkungan Akademik
Lingkungan akademik menyangkut sejauh mana sebuah institusi pendidikan dapat memenuhi kebutuhan individu sebagai siswa berprestasi di sekolahnya, meliputi fasilitas yang disediakan, hubungan antara siswa dan guru, dan hubungan antar siswa sendiri.







BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
            Motivasi merupakan faktir pendorong yang ampuh bagi siapapun dalam melakukan suatu kegiatan, walaupun kegiatan tersebut sangatlah berat akan dapat di tempuh jika seseorang tersebut termotivasi. Motivasi tidaklah mudah dicapai karena memerlukan beberapa komponen dan system untuk mencapainya. Dengan begitu motivasi akan dicapai akibat adanya interaksi antara orang dengan orang lain yang baik. Hubungan interaksi di yaitu antara ;
1) guru dengan guru ‘mengembangkan sikap kerjasama dengan baik denan cara saling belajar metode pembelajaran untuk siswany’;
2) murid dengan guru ‘guru merupakan sarana fasilitator untuk murid, disini peran guru dituntut benar-benar untuk melayani murid dengan baik yaitu dengan cara ketika pembelajaran sedang berlangsung diberikan kesempatan murid untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami, dapat juga menemui murid diluar jam pelajaran dan menasehati atau memotivasi murid yang sekiranya membutuhkan motivasi;
3) guru  dengan staf karyawan ‘selain dengan murid atau guru perlu juga adanya interaksi dengan karyawan di sekolah, dengan begitu akan tercipta keharmonisan’; dan
4) guru dan kepala sekolah ‘guru yang kewalahan menghadapi murid yang nakal dapat dikonsultasikan kepada kepala sekolah, dan meminta saran yang tepat atau pas untuk menghadapinya’.



B. SARAN
            Saran utama didalam meningkatkan prestasi belajar siswa dengan cara memberikan metode pembelajaran yang tepat. Peran kepala sekolah juga harus mengambil aktif yaitu dengan memberikan metode-meode yang tepat sesuai yang di inginkan karakter siswanya, dengan tujuan siswa tidak merasa bosan atau bahkan takut ketika diberi materi pembelajaran yang sulit.





















1 komentar:

  1. CASINO HOTEL CASINO LAS VEGAS, NV - Mapyro
    Find Casinos Near Casinos & 여수 출장샵 Resorts in 상주 출장마사지 Las Vegas, NV, United States - Find the best Casino Hotels & Resorts 의정부 출장샵 in Las Vegas, 경주 출장샵 NV, United 시흥 출장안마 States, - Mapyro®

    BalasHapus